Ni gua ada belajar KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA lewat buku jadi
gua posting de di blog gua, bagi yang minat aja ya..........langsung
ajha
YANG PERTAMA
Masuknya Agama Hindu dan Budha ke Indonesia
Agama Hindu dan Budha berasal dari India. Kedua agama tersebut masuk dan dianut oleh penduduk di berbgai wilayah nusantara pada waktu yang hampir bersamaan, sekitar abad ke empat, bersamaan dengan mulai berkembangnya hubungan dagang antara Indonesia dengan India dan Cina. Sebelum pengaruh Hindu dan Budha masuk ke Indonesia, diperkirakan penduduk Indonesia menganut kepercayaan dinamisme dananimisme.
Agama Budha disebarluaskan ke Indonesia oleh para bhiksu, sedangkan mengenai pembawa agama Hindu ke Indonesia terdapat 4 teori sebagai berikut :
- Teori ksatria (masuknya agama Hindu disebarkan oleh para ksatria)
- Teori waisya (masuknya agama Hindu disebarkan oleh para pedagang yang berkasta waisya)
- Teori brahmana (masuknya agama Hindu disebarkan oleh para brahmana)
- Teori campuran (masuknya agama Hindu disebarkan oleh ksatria, brahmana, maupun waisya)
A. Kerajaan Kutai
Prasasti Yupa (Sumber:http:wikipwdia.org) |
Peninggalan terpenting kerajaan Kutai adalah 7 Prasasti Yupa, dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta, dari abad ke-4 Masehi. Salah satu Yupa mengatakan bahwa “Maharaja Kundunga mempunyai seorang putra bernama Aswawarman yang disamakan dengan Ansuman (Dewa Matahari). Aswawarman mempunyai tiga orang putra. yang paling terkemuka adalah Mulawarman.” Salah satu prasastinya juga menyebut kata Waprakeswara yaitu tempat pemujaan terhadap Dewa Syiwa.
B. Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegera di Jawa Barat hampir bersamaan waktunya dengan Kerajaan Kutai. Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358, yang kemudian digantikan oleh putranya, Dharmayawarman (382 – 395). Maharaja Purnawarman adalah raja Tarumanegara yang ketiga (395 – 434 M). Menurut Prasasti Tugu pada tahun 417 ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km).
Dari kerajaan Tarumanegara ditemukan sebanyak 7 buah prasasti. Lima diantaranya ditemukan di daerah Bogor. Satu ditemukan di desa Tugu, Bekasi dan satu lagi ditemukan di desa Lebak, Banten Selatan. Prasasti-prasasti yang merupakan sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara tersebut adalah sebagai berikut :
Prasasti Tugu |
2. Prasasti Tugu,
3. Prasasti Munjul atau Prasasti Cidanghiang,
4. Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor
5. Prasasti Muara Cianten, Ciampea, Bogor
6. Prasasti Jambu, Bogor
7. Prasasti Pasir Awi, Bogor.
C. Kerajaan Sriwijaya
Sriwijaya merupakan kerajaan yang bercorak agama Budha. Raja yang pertamanya bernama Sri Jaya Naga, sedangkan raja yang paling terkenal adalah Raja Bala Putra Dewa.
Letaknya yang strategis di Selat Malaka (Palembang) yang merupakan jalur pelayaran dan perdagangan internasional.Keadaan alam Pulau Sumatera dan sekitarnya pada abad ke-7 berbeda dengan keadaan sekarang. Sebagian besar pantai timur baru terbentuk kemudian. Oleh karena itu Pulau Sumatera lebih sempit bila dibandingkan dengan sekarang, sebaliknya Selat Malaka lebih lebar dan panjang. Beberapa faktor yang mendorong perkembangan kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan besar antara lain sebagai berikut :
- Kemajuan kegiatan perdagangan antara India dan Cina melintasi selat Malaka, sehingga membawa keuntungan yang besar bagi Sriwijaya.
- Keruntuhan Kerajaan Funan di Vietnam Selatan akibat serangan kerajaan Kamboja memberikan kesempatan bagi perkembangan Sriwijaya sebagai negara maritim (sarwajala) yang selama abad ke-6 dipegang oleh kerajaan Funan.
1. Prasasti Kedukan Bukit
2. Prasasti Talang Tuwo
3. Prasasti Kota Kapur
4. Prasasti Telaga Batu
5. Prasasti Karang Birahi
6. Prasasti Ligor
Selain peninggalan berupa prasasti, terdapat peninggalan berupa candi. Candi-candi budha yang berasal dari masa Sriwijaya di Sumatera antara lain Candi Muaro Jambi, Candi Muara Takus, dan Biaro Bahal, akan tetapi tidak seperti candi periode Jawa Tengah yang terbuat dari batu andesit, candi di Sumatera terbuat dari bata merah.
Beberapa arca-arca bersifat budhisme, seperti berbagai arca budha dan bodhisatwa Awalokiteswara ditemukan di Bukit Seguntang, Palembang, Jambi, Bidor, Perak dan Chaiya.
Pada masa pemerintahan Bala Putra Dewa Sriwijaya menjadi pusat perdagangan sekaligus pusat pengajaran agama Budha. Sebagai pusat pengajaran Buddha Vajrayana, Sriwijaya menarik banyak peziarah dan sarjana dari negara-negara di Asia. Antara lain pendeta dari Tiongkok I Tsing, yang melakukan kunjungan ke Sumatera dalam perjalanan studinya di Universitas Nalanda, India, pada tahun 671 dan 695. I Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi sarjana Buddha sehingga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Pengunjung yang datang ke pulau ini menyebutkan bahwa koin emas telah digunakan di pesisir kerajaan. Selain itu ajaran Buddha aliran Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana juga turut berkembang di Sriwijaya.
Letak Sriwijaya strategis membawa keberuntungan dan kemakmuran. Walaupun demikian, letaknya yang strategis juga dapat mengundang bangsa lain menyerang Sriwijaya. Beberapa faktor penyebab kemunduran dan keruntuhan :
- Adanya serangan dari Raja Dharmawangsa 990 M.
- Adanya serangan dari kerajaan Cola Mandala yang diperintah oleh Raja Rajendracoladewa.
- Pengiriman ekspedisi Pamalayu atas perintah Raja Kertanegara, 1275 – 1292.
- Muncul dan berkembangnya kerajaan Islam Samudra Pasai.
- Adanya serangan kerajaan Majapahit dipimpin Adityawarman atas perintah Mahapatih Gajah Mada, 1477. Sehingga Sriwijaya menjadi taklukkan Majapahit.
Kerajaan Mataram diketahui dari Prasasti Canggal yang berangka tahun 732 Masehi yang ditulis dalam huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Dalam prasasti itu disebutkan bahwa pada mulanya Jawa (Yawadwipa) diperintah oleh Raja Sanna. Setelah ia wafat Sanjaya naik tahta sebagai penggantinya. Sanjaya adalah putra Sannaha (saudara perempuan Sanna).
Prasasti Mantyasih (Prasasti Kedu) yang di dikeluarkan oleh Raja Balitung pada tahun 907 memuat daftar raja-raja keturunan Sanjaya, sebagai berikut :
1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya
2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran
3. Sri Maharaja Rakai Panunggalan
4. Sri Maharaja Rakai Warak
5. Sri Maharaja Rakai Garung
6. Sri Maharaja Rakai Pikatan
7. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi
8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang
9. Sri Maharaja Watukura Dyah Balitung
Prasasti Kelurak, 782 M di desa Kelurak disebutkan bahwa Raja Dharanindra membangun arca Majusri ( candi sewu). Pengganti raja Dharanindra, adalah Samaratungga. Samaratungga digantikan oleh putrinya bernama Pramodawardhani. Dalam Prasasti Sri Kahulunan ( gelar Pramodawardhani) berangka tahun 842 M di daerah Kedu, dinyatakan bahwa Sri Kahulunan meresmikan pemberian tanah untuk pemeliharaan candi Borobudur yang sudah dibangun sejak masa pemerintahan Samaratungga.
Pramodhawardhani menikah dengan Rakai Pikatan yang beragama Hindu. Adik Pramodhawardhani, Balaputradewa menentang pernikahan itu. Pada tahun 856 Balaputradewa berusaha merebut kekuasaan dari Rakai Pikatan, namun usahanya itu gagal. Setelah pemerintahan Rakai Pikatan, Mataram menunjukkan kemunduran. Sejak pemerintahan Raja Balitung banyak mengalihkan perhatian ke wilayah Jawa Timur. Raja-raja setelah Balitung adalah :
- Daksa (910 – 919). Ia telah menjadi rakryan mahamantri I hino (jabatan terttinggi sesudah raja) pada masa pemerintahan Balitung.
- Rakai Layang Dyah Tulodong (919 – 924)
- Wawa yang bergelar Sri Wijayalokanamottungga (924 – 929)
Kepindahan Kerajaan Mataram ke Jawa Timur
Pu Sindok yang menjabat sebagai mahamantri i hino pada masa pemerintahan Raja Wawa memindahkan pusat pemerintahan ke Jawa Timur tersebut. Pada tahun 929 M, Pu Sindok naik tahta dengan gelar Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isana Wikramadharmattunggadewa. la mendirikan dinasti baru, yaitu Dinasti Isana. Pu Sindok memerintah sampai dengan tahun 947. Pengganti-penggantinya dapat diketahui dari prasasti yang dikeluarkan oleh Airlangga, yaitu Prasasti Calcuta.
Berdasarkan berita Cina diperoleh keterangan bahwa Raja Dharmawangsa pada tahun 990 – 992 M melakukan serangan terhadap Kerajaan Sriwijaya. Pada tahun 1016, Airlangga datang ke Pulau Jawa untuk meminang putri Dharmawangsa. Namun pada saat upacara pernikahan berlangsung kerajaan mendapat serangan dari Wurawuri dari Lwaram yang bekerjasama dengan Kerajaan Sriwijaya. Peristiwa ini disebut peristiwa Pralaya. Selama dalam pengassingan ia menyusun kekuatan. Setelah berhasil menaklukkan raja Wurawari pada tahun 1032 dan mengalahkan Raja Wijaya dari Wengker Pada tahun 1035 ia berhasil mengembalikan kekuasaan. Airlangga wafat pada tahun 1049 dan disemayamkan di Parthirtan Belahan, di lereng gunung Penanggungan.
E. Kerajaan Kediri/Kadiri
Pada akhir pemerintahannya Airlangga kesulitan dalam menunjuk penggantinya, sebab Putri Mahkotanya bernama Sanggramawijaya menolak menggantikan menjadi raja. la memilih menjadi seorang pertapa. Maka tahta diserahkan kepada kedua orang anak laki-lakinya, yaitu Jayengrana dan Jayawarsa. Untuk menghindari perselisihan di antara keduanya maka kerajaan di bagi dua atas bantuan Pu Barada yaitu Jenggala dengan ibukotanya Kahuripan dan Panjalu dengan ibukotanya Daha (Kadiri)
Sampai setengah abad lebih sejak Airlangga mengundurkan diri tidak ada yang dapat diketahui dari kedua kerajaan itu. Kemudian hanya Kadiri yang menunjukkan aktifitas politiknya. Raja pertama yang muncul dalam pentas sejarah adalah Sri Jayawarsa dengan prasastinya yang berangka tahun 1104 M. Selanjutnya berturut-turut raja-raja yang berkuasa di Kadiri adalah sebagai berikut : Kameswara (±1115 – 1130), Jayabaya (±1130 – 1160), 1135), Sarweswara (±1160 – 1170), Aryyeswara (±1170 – 1180), Gandra (1181), Srengga (1190-1200) dan Kertajaya (1200 – 1222).
Pada tahun 1222 terjadilah Perang Ganter antara Ken arok dengan Kertajaya. Ken Arok dengan bantuan para Brahmana (pendeta) berhasil mengalahkan Kertajaya di Ganter (Pujon, Malang).
F. Kerajaan Singasari
Kerajaan Singasari didirikan oleh Ken Arok. Dalam kitab Pararaton Ken Arok digambarkan sebagai seorang pencuri dan perampok yang sakti, sehingga menjadi buronan tentara Tumapel. Setelah mendapatkan bantuan dari seorang Brahmana, Ken Arok dapat mengabdi kepada Akuwu (bupati) di Tumapel bernama Tunggul Ametung. Setelah berhasil membunuh Tunggul Ametung, Ken Arok menggantikannya sebagai penguasa Tumapel. Ia juga menjadikan Ken Dedes, istri Tunggul Ametung, sebagai permaisurinya. Pada waktu itu Tumapel masih berada di bawah kekuasaan Kerajaan Kadiri.
Setelah merasa memiliki kekuatan yang cukup, Ken Arok berusaha untuk melepaskan diri dari Kadiri. Pada tahun 1222 Ken Arok berhasil membunuh Kertajaya, raja Kadiri terakhir. Ia kemudian naik tahta sebagai raja Singasari dan mendirikan dinasti baru yaitu Dinasti Girinda.
Tidak lama kemudian, Ken Dedes melahirkan seorang putra bernama Anusapati hasil pernikahannya dengan Tunggul Ametung. Sedangkan dari istri yang lain, yaitu Ken Umang, Ken Arok mempunyai seorang putra bernama Tohjaya. Pada tahun 1227, Ken Arok dibunuh oleh
Anusapati. Hal ini dilakukan sebagai balas dendam atas kematian ayahnya, Tunggul Ametung. Anusapati mengantikan berkuasa di Singasari. Ia memerintah selama 21 tahun. Sampai akhirnya ia dibunuh oleh Tohjaya, juga sebagai balas dendam atas kematian ayahnya.
Tohjaya naik tahta. Ia memerintah dalam waktu sangat singkat. Ia kemudian terbunuh oleh Ranggawuni (putra Anusapati). Pada tahun 1248 Ranggawuni naik tahta dengan gelar Srijaya Wisnuwardhana. Pada tahun 1254 Wisnuwardhana mengangkat putranya Kertanegara sebagai Yuwaraja atau Raja Muda. Wisnuwardana wafat pada tahun 1268 di Mandragiri.
Pada tahun 1268 Kertanegara naik tahta. la merupakan raja terbesar kerajaan Singasari. Kertanegara merupakan raja pertama yang bercita-cita menyatukan Nusantara. Pada tahun 1275, Kertanegara mengirimkan Ekspedisi Pamalayu ke Sumatera (Jambi) dipimpin oleh Kebo Anabrang. Ekspedisi ini bertujuan menuntut pengakuan Sriwijaya dan Malayu atas kekuasaan Singasari. Ekspedisi ini juga untuk mengurangi pengaruh Kubilai Khan dari Cina di Nusantara.
Ekspedisi ini menimbulkan rasa khawatir raja Mongol tersebut. Oleh karena itu pada tahun 1289 Kubilai Khan mengirimkan utusan bernama Meng-chi menuntut Singasari mengakui kekuasaan Kekaisaran Mongol atas Singasari. Kertanegara menolak tegas, bahkan utusan Cina itu dilukai mukanya. Perlakukan tersebut dianggap sebagai penghinaan dan tantangan perang.
Untuk menghadapi kemungkinan serangan dari tentara Mongol pasukan Singasari disiagakan dan dikirim ke berbagai daerah di Laut Jawa dan di Laut Cina Selatan. Sehingga pertahanan di ibukota lemah. Hal ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak senang terhadap Kertanegara, diantaranya Jayakatwang penguasa Kadiri dan Arya Wiraraja (bupati Madura). Pasukan Kadiri berhasil menduduki istana dan membunuh Kertanegara.
G. Kerajaan Majapahit
Setelah Kertanegara terbunuh oleh Jayakatwang, 1292. Raden Wijaya menantu Kertanegara berhasil melarikan diri ke Madura untuk minta bantuan Arya Wiraraja, bupati Sumenep. Atas nasihat Arya Wiraraja, Raden Wijaya menyerahkan diri kepada Jayakatwang. Atas jaminan dari Arya Wiraraja, Raden Wijaya diterima dan diperbolehkan membuka hutan Tarik yang terletak di dekat Sungai Brantas. Dengan bantuan orang-orang Madura, pembukaan hutan Tarik dibuka dan diberi nama Majapahit.
Kemudian datanglah pasukan Tartar yang dikirim Kaisar Kubilai Khan untuk menghukum raja Jawa. Walaupun sudah mengetahui Kertanegara sudah meninggal, tentara Tartar bersikeras mau menghukum raja Jawa. Hal ini dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk membalas dendam kepada Jayakatwang. Jayakatwang berhasil dihancurkan. Pada waktu tentara Tartar hendak kembali kepelabuhan, Raden Wijaya menghancurkan tentaraTartar, Setelah berhasil mengusir tentara Tartar, Raden Wijaya dinobatkan sebagai Raja Majapahit dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana pada tahun 1293.
Kertarajasa meninggal pada tahun 1309. Satu-satunya putra yang dapat menggantikannya adalah Kalagamet. la dinobatkan sebagai raja Majapahit dengan gelar Sri Jayanagara. Ia bukanlah raja yang cakap. Selain itu ia juga mendapatkan banyak pengaruh dari Mahapati. Akibatnya masa pemerintahannya diwarnai dengan adanya beberapa kali pemberontakan.
Pemberontakan yang paling berbahaya adalah pemberontakan Kuti, pada tahun 1319. Kuti berhasil menduduki ibukota Majapahit, sehingga Jayanagara harus melarikan diri ke desa Bedander yang dikawal oleh pasukan Bhayangkari dipimpin oleh Gajah Mada. Pemberontakan Kuti ini berhasil ditumpas oleh Gajah Mada. Karena jasanya Gajah Mada diangkat sebagai Patih Kahuripan. Pada tahun 1328 Jayanagara mangkat dibunuh oleh tabib istana, Tanca. Tanca kemudian dibunuh oleh Gajah Mada. Jayanagara tidak meninggalkan keturunan.
Karena Jayanagara tidak mempunyai keturunan, maka yang berhak memerintah semestinya adalah Gayatri atau Rajapatni. Akan tetapi Gayatri telah menjadi bhiksuni. Maka pemerintahan Majapahit kemudian dipegang oleh putrinya Bhre Kahuripan dengan gelar Tribhuwana Tunggadewi Jayawisnuwardhani. la menikah dengan Kertawardhana. Dari perkawinan ini lahirlah Hayam Wuruk. Pada tahun 1331 terjadi pemberontakan Sadeng dan Keta. Pemberontakan yang berbahaya ini dapat ditumpas oleh Gajah Mada. Karena jasanya Gajah Mada diangkat sebagai Patih Mangkubumi Majapahit. Pada saat pelantikan, Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa.
Pada tahun 1350 M, lbu Tribhuwanatunggadewi, Gayatri meninggal. Sehingga Tribhuwana turun tahta. Penggantinya adalah putranya yang bernama Hayam Wuruk yang bergelar Rajasanagara. Di bawah pemerintahan Hayam Wuruk dengan Gajah Mada sebagai Mahapatihnya, Majapahit mencapai puncak kejayaannya. Dengan Sumpah Palapa-nya Gajah Mada berhasil menguasai seluruh kepulauan Nusantara ditambah dengan Siam, Martaban (Birma), Ligor, Annom, Campa dan Kamboja.
Pada tahun 1364, Patih Gajah Mada wafat ditempat peristirahatannya, Madakaripura, di lereng Gunung Tengger. Setelah Gajah Mada meninggal, Hayam Wuruk menemui kesulitan untuk menunjuk penggantinya. Akhirnya diputuskan bahwa pengganti Gajah Mada adalah empat orang menteri.
Hayam Wuruk wafat pada tahun 1389. Ia disemayamkan di Tayung daerah Berbek, Kediri. Seharusnya yang menggantikan adalah puterinya yang bernama Kusumawardhani. Namun ia menyerahkan kekuasaannya kepada suaminya, Wikramawardhana. Sementara itu Hayam Wuruk juga mempunyai anak laki-laki dari selir yang bernama Bhre Wirabhumi yang telah mendapatkan wilayah keuasaan di Kedaton Wetan (Ujung Jawa Timur). Pada tahun 1401 hubungan Wikramawardhana dengan Wirabhumi berubah mejadi perang saudara yang dikenal sebagai Perang Paregreg. Pada tahun 1406 Wirabhumi dapat dikalahkan di dibunuh. Tentu saja perang saudara ini melemahkan kekuasaan Majapahit. Sehingga banyak wilayah-wilayah kekuasaannya melepaskan diri.
YANG KEDUA
1.Kerajaan Kutai
101 Kerajaan Hindu Budha Di Indonesia Terlengkap -
Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang
memiliki bukti sejarah tertua. Berdiri sekitar abad ke-4. Kerajaan ini
terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai
Mahakam Nama Kutai diberikan oleh para ahli mengambil dari nama tempat
ditemukannya prasasti yang menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut.
Tidak ada prasasti yang secara jelas menyebutkan nama kerajaan ini dan
memang sangat sedikit informasi yang dapat diperoleh.
Nama-Nama Raja Kutai
Peta Kecamatan Muara Kaman
Maharaja Kudungga, gelar anumerta Dewawarman (pendiri)
Maharaja Asmawarman (anak Kundungga)
Maharaja Mulawarman (anak Aswawarman)
Maharaja Marawijaya Warman
Maharaja Gajayana Warman
Maharaja Tungga Warman
Maharaja Jayanaga Warman
Maharaja Nalasinga Warman
Maharaja Nala Parana Tungga Warman
Maharaja Gadingga Warman Dewa
Maharaja Indra Warman Dewa
Maharaja Sangga Warman Dewa
Maharaja Candrawarman
Maharaja Sri Langka Dewa Warman
Maharaja Guna Parana Dewa Warman
Maharaja Wijaya Warman
Maharaja Sri Aji Dewa Warman
Maharaja Mulia Putera Warman
Maharaja Nala Pandita Warman
Maharaja Indra Paruta Dewa Warman
Maharaja Dharma Setia Warman
2. Kerajaaan Taruma Negara
Tarumanagara atau Kerajaan Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah
berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M.
Taruma merupakan salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang
meninggalkan catatan sejarah. Dalam catatan sejarah dan peninggalan
artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat bahwa pada saat itu
Kerajaan Taruma adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu.
Etimologi dan Toponimi
Kata tarumanagara berasal dari kata taruma dan nagara. Nagara artinya
kerajaan atau negara sedangkan taruma berasal dari kata tarum yang
merupakan nama sungai yang membelah Jawa Barat yaitu Citarum. Pada muara
Citarum ditemukan percandian yang luas yaitu Percandian Batujaya dan
Percandian Cibuaya yang diduga merupakan peradaban peninggalan Kerajaan
Taruma.
Prasasti yang ditemukan
- Prasasti Kebon Kopi, dibuat sekitar 400 M (H Kern 1917), ditemukan di perkebunan kopi milik Jonathan Rig, Ciampea, Bogor
- Prasasti Tugu, ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, sekarang disimpan di museum di Jakarta. Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak atau 12 km oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.
- Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul, ditemukan di aliran Sungai Cidanghiyang yang mengalir di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten, berisi pujian kepada Raja Purnawarman.
- Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor
- Prasasti Muara Cianten, Ciampea, Bogor
- Prasasti Jambu, Nanggung, Bogor
- Prasasti Pasir Awi, Citeureup, Bogor
Lahan tempat prasasti itu ditemukan berbentuk bukit rendah berpermukaan
datar dan diapit tiga batang sungai: Cisadane, Cianten dan Ciaruteun.
Sampai abad ke-19, tempat itu masih dilaporkan dengan nama Pasir Muara.
Dahulu termasuk bagian tanah swasta Ciampea. Sekarang termasuk wilayah
Kecamatan Cibungbulang.
Kampung Muara tempat prasasti Ciaruteun dan Telapak Gajah ditemukan,
dahulu merupakan sebuah "kota pelabuhan sungai" yang bandarnya terletak
di tepi pertemuan Cisadane dengan Cianten. Sampai abad ke-19 jalur
sungai itu masih digunakan untuk angkutan hasil perkebunan kopi.
Sekarang masih digunakan oleh pedagang bambu untuk mengangkut barang
dagangannya ke daerah hilir.
Prasasti pada zaman ini menggunakan aksara Sunda kuno, yang pada awalnya
merupakan perkembangan dari aksara tipe Pallawa Lanjut, yang mengacu
pada model aksara Kamboja dengan beberapa cirinya yang masih melekat.
Pada zaman ini, aksara tersebut belum mencapai taraf modifikasi bentuk
khasnya sebagaimana yang digunakan naskah-naskah (lontar) abad ke-16.
3. Kerajaamn Kalingga
Kalingga atau Ho-ling (sebutan dari sumber Tiongkok) adalah sebuah
kerajaan bercorak Hindu yang muncul di Jawa Tengah sekitar abad ke-6
masehi. Letak pusat kerajaan ini belumlah jelas, kemungkinan berada di
suatu tempat antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Jepara sekarang.
Sumber sejarah kerajaan ini masih belum jelas dan kabur, kebanyakan
diperoleh dari sumber catatan China, tradisi kisah setempat, dan naskah
Carita Parahyangan yang disusun berabad-abad kemudian pada abad ke-16
menyinggung secara singkat mengenai Ratu Shima dan kaitannya dengan
Kerajaan Galuh. Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi dan
keberadaannya diketahui dari sumber-sumber Tiongkok. Kerajaan ini pernah
diperintah oleh Ratu Shima, yang dikenal memiliki peraturan barang
siapa yang mencuri, akan dipotong tangannya.
Pengaruh kerajaan kalingga sampai daerah selatan Jawa Tengah, terbukti
diketemukannya prasasti Upit/Yupit yang diperkirakan pada abad 6-7 M.
Disebutkan dalam prasasti tersebut pada wilayah Upit merupakan daerah
perdikan yang dianugerahkan oleh Ratu Shima. Daerah perdikan Upit
sekarang menjadi Ngupit. Kampung Ngupit adalah kampung yang berada di
Desa Kahuman/Desa Ngawen, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten. Prasasti
Upit/Yupit sekarang disimpan di kantor purbakala Jateng di Prambanan.
Prasasti yang di temukan :
- Prasasti Tukmas
Prasasti Tukmas ditemukan di ditemukan di lereng barat Gunung Merapi,
tepatnya di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang di Jawa
Tengah. Prasasti bertuliskan huruf Pallawa yang berbahasa Sanskerta.
Prasasti menyebutkan tentang mata air yang bersih dan jernih. Sungai
yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan Sungai Gangga di
India. Pada prasasti itu ada gambar-gambar seperti trisula, kendi,
kapak, kelasangka, cakra dan bunga teratai yang merupakan lambang
keeratan hubungan manusia dengan dewa-dewa Hindu.[5]
- Prasasti Sojomerto
Prasasti Sojomerto ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban,
Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Prasasti ini beraksara Kawi dan berbahasa
Melayu Kuna dan berasal dari sekitar abad ke-7 masehi. Prasasti ini
bersifat keagamaan Siwais. Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh
utamanya, Dapunta Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya
bernama Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama Sampula. Prof. Drs.
Boechari berpendapat bahwa tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah
cikal-bakal raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa di
Kerajaan Mataram Hindu. Kedua temuan prasasti ini menunjukkan bahwa
kawasan pantai utara Jawa Tengah dahulu berkembang kerajaan yang
bercorak Hindu Siwais. Catatan ini menunjukkan kemungkinan adanya
hubungan dengan Wangsa Sailendra atau kerajaan Medang yang berkembang
kemudian di Jawa Tengah Selatan.
- Prasasti Upit (disimpan di Kantor/Dinas Purbakala Jateng di Prambanan Klaten)
Kampung Ngupit merupakan daerah perdikan, yang dianugerahkan oleh Ratu
Shima. Ngupit terletak di Desa Kahuman/Desa Ngawen, Kecamatan Ngawen,
Kabupaten Klaten. Prasasti tersebut semula dijadikan alas/bancik padasan
tempat untuk wudlu' di Masjid Sogaten, Desa Ngawen. Dan sejak tahun
1992 sudah disimpan di Kantor Purbakala Jawa tengah di Prambanan.
4.Kerajaan Mataram Hindu
Kerajaan Medang (atau sering juga disebut Kerajaan Mataram Kuno atau
Kerajaan Mataram Hindu) adalah nama sebuah kerajaan yang berdiri di Jawa
Tengah pada abad ke-8, kemudian berpindah ke Jawa Timur pada abad
ke-10. Para raja kerajaan ini banyak meninggalkan bukti sejarah berupa
prasasti-prasasti yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta
membangun banyak candi baik yang bercorak Hindu maupun Buddha. Kerajaan
Medang akhirnya runtuh pada awal abad ke-11.
Awal berdirinya kerajaan
Prasasti Mantyasih tahun 907 atas nama Dyah Balitung menyebutkan dengan
jelas bahwa raja pertama Kerajaan Medang (Rahyang ta rumuhun ri Medang
ri Poh Pitu) adalah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Sanjaya sendiri
mengeluarkan prasasti Canggal tahun 732, namun tidak menyebut dengan
jelas apa nama kerajaannya. Ia hanya memberitakan adanya raja lain yang
memerintah pulau Jawa sebelum dirinya, bernama Sanna. Sepeninggal Sanna,
negara menjadi kacau. Sanjaya kemudian tampil menjadi raja, atas
dukungan ibunya, yaitu Sannaha, saudara perempuan Sanna.
Sanna, juga dikenal dengan nama "Sena" atau "Bratasenawa", merupakan raja Kerajaan Galuh yang ketiga (709 - 716 M).
Bratasenawa alias Sanna atau Sena digulingkan dari tahta Galuh oleh
Purbasora (saudara satu ibu Sanna) dalam tahun 716 M. Sena akhirnya
melarikan diri ke Pakuan, meminta perlindungan pada Raja Tarusbawa.
Tarusbawa yang merupakan raja pertama Kerajaan Sunda (setelah
Tarumanegara pecah menjadi Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh) adalah
sahabat baik Sanna. Persahabatan ini pula yang mendorong Tarusbawa
mengambil Sanjaya menjadi menantunya. Sanjaya, anak Sannaha saudara
perempuan Sanna, berniat menuntut balas terhadap keluarga Purbasora.
Untuk itu ia meminta bantuan Tarusbawa (mertuanya yangg
merupakan sahabat Sanna). Hasratnya dilaksanakan setelah menjadi Raja
Sunda yang memerintah atas nama isterinya. Akhirnya Sanjaya menjadi
penguasa Kerajaan Sunda, Kerajaan Galuh dan Kerajaan Kalingga (setelah
Ratu Shima mangkat). Dalam tahun 732 M Sanjaya mewarisi tahta Kerajaan
Mataram dari orangtuanya. Sebelum ia meninggalkan kawasan Jawa Barat, ia
mengatur pembagian kekuasaan antara puteranya, Tamperan, dan Resi Guru
Demunawan. Sunda dan Galuh menjadi kekuasaan Tamperan, sedangkan
Kerajaan Kuningan dan Galunggung diperintah oleh Resi Guru Demunawan,
putera bungsu Sempakwaja.
Kisah hidup Sanjaya secara panjang lebar terdapat dalam Carita
Parahyangan yang baru ditulis ratusan tahun setelah kematiannya, yaitu
sekitar abad ke-16.
Peninggalan sejarah
Selain meninggalkan bukti sejarah berupa prasasti-prasasti yang tersebar
di Jawa Tengah dan Jawa Timur, Kerajaan Medang juga membangun banyak
candi, baik itu yang bercorak Hindu maupun Buddha. Temuan Wonoboyo
berupa artifak emas yang ditemukan tahun 1990 di Wonoboyo, Klaten, Jawa
Tengah; menunjukkan kekayaan dan kehalusan seni budaya kerajaan Medang.
Candi-candi peninggalan Kerajaan Medang antara lain, Candi Kalasan,
Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Mendut, Candi Pawon,
Candi Sambisari, Candi Sari, Candi Kedulan, Candi Morangan, Candi Ijo,
Candi Barong, Candi Sojiwan, dan tentu saja yang paling kolosal adalah
Candi Borobudur. Candi megah yang dibangun oleh Sailendrawangsa ini
telah ditetapkan UNESCO (PBB) sebagai salah satu warisan budaya dunia.
5. Kerajaan Sriwijaya
Sriwijaya adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di
pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah
kekuasaan berdasarkan peta membentang dari Kamboja, Thailand Selatan,
Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa Barat dan kemungkinan Jawa
Tengah.[1][2] Dalam bahasa Sanskerta, sri berarti "bercahaya" atau
"gemilang", dan wijaya berarti "kemenangan" atau "kejayaan",[2] maka
nama Sriwijaya bermakna "kemenangan yang gilang-gemilang". Bukti awal
mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta
Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan
tinggal selama 6 bulan.[3][4] Selanjutnya prasasti yang paling tua
mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan
Bukit di Palembang, bertarikh 682.[5] Kemunduran pengaruh Sriwijaya
terhadap daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan beberapa
peperangan[2] di antaranya tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari
Koromandel, selanjutnya tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya di bawah kendali
kerajaan Dharmasraya.
Warisan sejarah
Busana gadis penari Gending Sriwijaya yang raya dan keemasan
menggambarkan kegemilangan dan kekayaan Sriwijaya. Meskipun Sriwijaya
hanya menyisakan sedikit peninggalan arkeologi dan keberadaanya sempat
terlupakan dari ingatan masyarakat pendukungnya, penemuan kembali
kemaharajaan bahari ini oleh Coedès pada tahun 1920-an telah
membangkitkan kesadaran bahwa suatu bentuk persatuan politik raya,
berupa kemaharajaan yang terdiri atas persekutuan kerajaan-kerajaan
bahari, pernah bangkit, tumbuh, dan berjaya pada masa lalu.
Pada abad ke-14 meskipun pengaruhnya telah memudar, wibawa dan gengsi
Sriwijaya masih digunakan sebagai sumber legitimasi politik. Sang Nila
Utama yang mengaku sebagai keturunan bangsawan Sriwijaya dari Bintan,
bersama para pengikut dan tentaranya yang terdiri dari Orang Laut, telah
mendirikan Kerajaan Singapura di Tumasik. Menurut Sejarah Melayu dan
catatan sejarah China yang ditulis Wang Ta Yuan, disebutkan bahwa
Kerajaan Siam sempat menyerang kerajaan Singapura pada kurun tahun 1330
hingga 1340. Serangan Siam ini berhasil dipukul mundur. Akan tetapi
serangan Majapahit pada penghujung abad ke-14 telah meruntuhkan kerajaan
ini. Akibatnya rajanya yang terakhir, Parameswara, terpaksa melarikan
diri ke Semenanjung Melayu. Parameswara kemudiannya mendirikan
Kesultanan Melaka pada tahun 1402.[59] Kesultanan Melayu Melaka akhirnya
menggantikan kedudukan Sriwijaya sebagai kuasa politik Melayu utama di
kawasan.
Warisan terpenting Sriwijaya mungkin adalah bahasanya. Selama
berabad-abad, kekuatan ekononomi dan keperkasaan militernya telah
berperan besar atas tersebarluasnya penggunaan Bahasa Melayu Kuno di
Nusantara, setidaknya di kawasan pesisir. Bahasa ini menjadi bahasa
kerja atau bahasa yang berfungsi sebagai penghubung (lingua franca) yang
digunakan di berbagai bandar dan pasar di kawasan Nusantara.[65]
Tersebar luasnya Bahasa Melayu Kuno ini mungkin yang telah membuka dan
memuluskan jalan bagi Bahasa Melayu sebagai bahasa nasional Malaysia,
dan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu Indonesia modern. Adapun
Bahasa Melayu Kuno masih tetap digunakan sampai pada abad ke-14 M.
Di samping Majapahit, kaum nasionalis Indonesia juga mengagungkan
Sriwijaya sebagai sumber kebanggaan dan bukti kejayaan masa lampau
Indonesia.[67] Kegemilangan Sriwijaya telah menjadi sumber kebanggaan
nasional dan identitas daerah, khususnya bagi penduduk kota Palembang,
Sumatera Selatan. Keluhuran Sriwijaya telah menjadi inspirasi seni
budaya, seperti lagu dan tarian tradisional Gending Sriwijaya. Hal yang
sama juga berlaku bagi masyarakat selatan Thailand yang menciptakan
kembali tarian Sevichai yang berdasarkan pada keanggunan seni budaya
Sriwijaya.
Di Indonesia, nama Sriwijaya telah digunakan dan diabadikan sebagai nama
jalan di berbagai kota, dan nama ini juga digunakan oleh Universitas
Sriwijaya yang didirikan tahun 1960 di Palembang. Demikian pula Kodam II
Sriwijaya (unit komando militer), PT Pupuk Sriwijaya (Perusahaan Pupuk
di Sumatera Selatan), Sriwijaya Post (Surat kabar harian di Palembang),
Sriwijaya TV, Sriwijaya Air (maskapai penerbangan), Stadion Gelora
Sriwijaya, dan Sriwijaya Football Club (Klab sepak bola Palembang).
Semuanya dinamakan demikian untuk menghormati, memuliakan, dan merayakan
kemaharajaan Sriwijaya yang gemilang. Pada tanggal 11 November 2011
digelar upacara pembukaan SEA Games 2011 di Stadion Gelora Sriwijaya,
Palembang. Upacara pembukaan ini menampilkan tarian kolosal yang
bertajuk "Srivijaya the Golden Peninsula" menampilkan tarian tradisional
Palembang dan juga replika ukuran sebenarnya perahu Sriwijaya untuk
menggambarkan kejayaan kemaharajaan bahari ini
6.Kerajaan Medang
Letak Geografis
Kerajaan Medang Kamulan didirikan oleh Mpu Sindok setelah memindahkan
pusat pemerintahannya dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Letak Medang
Kamulan berdsarakan prasasti terletak di muara Sungai Brantas, dengan
ibu kotanya bernama Watan Mas.
A. Prasasti
Prasasti-prasasti yang menerangkan Kerajaan Medang Kamulan adalah sebagai berikut :
Prasasti Mpu Sindok dari Desa Tangeran (daerah Jombang, Jawa Timur)
tahun 933 M yang menyatakan bahwa Raja Mpu Sindok memerintah bersama
permaisurinya Sri Wardhani Pu Kbin,
Prasasti Mpu Sindok dari daerah Bangil yang menyatakan bahwa Raja Mpu
Sindok memerintahkan pembuatan satu candi sebagai tempat pendarmaan
ayahnya dari permaisurinya (Rakyan Bawang).
Prasasti Mpu Sindok dari Lor (dekat Nganjuk) tahun 939 M yang menyatakan
bahwa Raja Mpu Sindok memerintahkan pembuatan candi yang bernama
Jayamrata dan Jayastambho (tugu kemenangan) di Desa Anyok Lodang.
Prasasti Calcuta, prasasti dari Raja Airlangga yang menyebutkan silsilah keturunan dari Mpu Sindok.
B. Berita Asing
1. Berita dari India
Berita dari India menerangkan bahwa Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan
persahabatan dengan Kerajaan Chola untuk membendung dan menghalangi
kemajuan Kerajaan Medang Kamulan pada masa pemerintahan Raja
Dharmawangsa.
2. Berita dari Cina
Berita dari Cina berasal dari catatan-catatan yang ditulis pada zaman
dinasti Sung yang menerangkan bahwa antara kerajaan yang berada di Jawa
dan Kerajaan Sriwijaya sedang terjadi permusuhan, sehingga pada waktu
duta Sriwijaya pulang dari Cina (tahun 990 M) terpaksa harus tinggal
dulu di Campa sampai perang reda. Pada tahun 992 M, pasukan dari Jawa
telah meninggalkan Sriwijaya dan Kerajaan Medang Kamulan dapat memajukan
pelayaran dan perdagangan.
Kehidupan politik
Sejak berdiri dan berkembangnya terdapat beberapa raja yang memerintah
Kerajaan Medang Kamulan. Raja-raja tersebut sebagai berikut :
1. Raja Mpu Sindok
Mpu Sindok adalah raja pertama Kerajaan Medang Kamulan yang bergelar Sri
Maharaja Rakai Hino Sri Isyana Wikrama Dharmatunggadewa. Ia memerintah
selama dua puluh tahun dengan adil dan bijaksana. Untuk kemakmuran
rakyatnya, ie membangun bendungan atau tanggul untuk pengairan. Dalam
memerintah ia dibantu oleh permaisurinya yaitu Sri Wardhani Pu Kbin.
2. Dharmawangsa Teguh
Dharmawangsa Teguh adalah cucu Mpu Sindok, yang terkenal sebagai seorang
raja yang memiliki pandangan politik yang tajam. Pada tahun 1003 M
Dharmawangsa Teguh mengirimkan tentaranya untuk merebut pusat
perdagangan di Selat Malaka dari tangan Kerajaan Sriwijaya.
Serangan tersebut mengalami kegagalan, bahkan Sriwijaya melalui Kerajaan
Wurawari berhasil melakukan serangan balik. Serangan dari Kerajaan
Wurawari tersebut mengakibatkan hancurnya Kerajaan Medang Kamulan (1016
M). Peristiwa tersebut disebut Pralaya Medang dan Dharmawangsa Teguh
gugur.
3. Airlangga
Airlangga adalah putra Raja Udayana dan Mahendradatta (saudara perempuan
Dharmawangsa Teguh). Airlangga menikah dengan putri Dharmawangsa Teguh.
Pada upacara pernikahan tersebut Kerajaan Medang Kamulan diserang
Kerajaan Wurawari, yang mengakibatkan hancurnya Medang Kamulan.
Airlangga berhasil melarikan diri ke hutan bersama pengikutnya yang
setia yang bernama Narotama. Setelah merasa kuat Airlangga kembali ke
Kerajaan Medang Kamulan dan berhasil menjadi penguasa pada tahun 1019 M
dengan gelar Rakai Halu Sri Lakeswara Dharmawangsa Airlangga Teguh
Ananta Wirakramatunggadewa.
Airlangga berusaha memulihkan kewibawaan Kerajaan Mudang Kamulan dan
berhasil menaklukkan raja-raja yang sebelumnya menjadi vasal pada masa
pemerintahan Dharmawangsa Teguh.
Airlangga berhasil memindahkan pusat pemerintahan dai Medang Kamulan ke
Kahuripan. Untuk memperbaiki kesejahteraan rakyatnya, Airlangga
melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :
a) Memperbaiki pelabuhan Hujung Galuh yang letaknya di muara Sungai Brantas.
b) Membangun Waduk Waringin Sapta untuk mencegah banjir.
c) Membangun jalan yang menghubungkan daerah pesisir dengan pusat kerajaan.
Kerajaan Medang Kamulan mencapai puncak kejayaan dan kemakmuran pada
masa pemerintahan Raja Airlangga. Pengalaman hidup dan keberhasilan
Airlangga dikisahkan dalam Kitab Arjunawiwaha yang ditulis oleh Mpu
Kanwa.
Setelah Kerajaan mencapai kesejahteraan Airlangga memasuki masa
kependetyaan. Kemudian tahta diserahkan kepada putri yang lahir dari
permaisuri, namun putri Airlangga tersebut lebih memilih menjadi seorang
pertapa dengan gelar Ratu Giri Putri. Akhirnya tahta kerajaan
diserahkan kepada kedua orang putra yang terlahir dari selir Airlangga
Selanjutnya Kerajaan Medang Kamulan terbagi menjadi dua, yaitu Kerajaan
Jenggala dan Kerajaan Kediri (Panjalu). Maksud Airlangga membagi
kerajaan tersebut menjadi dua adalah untuk mencegah terjadinya perang
saudara. Kerajaan dibagi menjadi dua bagian dengan batas Gunung Kawi
atas bantuan Mpu Barada, Jenggala dengan ibu kotanya Kahuripan dan
Panjalu dengan ibu kotanya Daha (Kediri)Baca juga artikel sejarah yang
berkaitan dengan Raja Airlangga di : Raja-raja Mataram setelah Dyah
Balitung
Keadaan Masyarakat
Dalam bidang ekonomi, pemindahan pusat kekuasaan dari Jawa Tengah ke
Jawa Timur memiliki arti yang sangat strategis. Tujuan Mpu Sindok
mendirikan pusat kerajaan di tepi Sungai Brantas adalah agar daerah
tersebut menjadi pusat pelayaran dan perdagangan di Jawa Timur.
Aktivitas pelayaran dan perdagangan pada masa pemerintahan Dharmawangsa
Teguh tidak hanya berlangsung di Jawa Timur, tetapi berkembang di luar
Jawa Timur. Sedangkan pada mas pemerintahan Airlangga kegiatan
perekonomian mulai dibangun kembali.
Dalam Prasasti Klagen, menerangkan bahwa Raja Airlangga memerintahkan
pembuatan tanggul di tepi Sungai Brantas yang tujuannya agar kapal dapat
berlayar menyusuri Sungai Brantas sampai ke pusat pemerintahan.
7. Kerajaan Kahuripan
Kahuripan adalah nama yang lazim dipakai untuk sebuah kerajaan di Jawa
Timur yang didirikan oleh Airlangga pada tahun 1009. Kerajaan ini
dibangun sebagai kelanjutan Kerajaan Medang yang runtuh tahun 1006.
Kahuripan sebagai ibu kota Janggala
Pada akhir pemerintahannya, Airlangga berhadapan dengan masalah
persaingan perebutan takhta antara kedua putranya. Calon raja yang
sebenarnya, yaitu Sanggramawijaya Tunggadewi, memilih menjadi pertapa
dari pada naik takhta.
Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membagi kerajaannya menjadi
dua, yaitu bagian barat bernama Kadiri beribu kota di Daha, diserahkan
kepada Sri Samarawijaya, serta bagian timur bernama Janggala beribu kota
di Kahuripan, diserahkan kepada Mapanji Garasakan.
Setelah turun takhta, Airlangga menjalani hidup sebagai pertapa sampai meninggal sekitar tahun 1049.
Kahuripan dalam sejarah Majapahit
Nama Kahuripan muncul kembali dalam catatan sejarah Kerajaan Majapahit
yang berdiri tahun 1293. Raden Wijaya sang pendiri kerajaan tampaknya
memperhatikan adanya dua kerajaan yang dahulu diciptakan oleh Airlangga.
Dua kerajaan tersebut adalah Kadiri alias Daha, dan Janggala alias
Kahuripan atau Jiwana. Keduanya oleh Raden Wijaya dijadikan sebagai
daerah bawahan yang paling utama. Daha di barat, Kahuripan di timur,
sedangkan Majapahit sebagai pusat.Pararaton mencatat beberapa nama yang
pernah menjabat sebagai Bhatara i Kahuripan, atau disingkat Bhre
Kahuripan. Yang pertama ialah Tribhuwana Tunggadewi putri Raden Wijaya.
Setelah tahun 1319, pemerintahannya dibantu oleh Gajah Mada yang
diangkat sebagai patih Kahuripan, karena berjasa menumpas pemberontakan
Ra Kuti.
Hayam Wuruk sewaktu menjabat yuwaraja juga berkedudukan sebagai raja
Kahuripan bergelar Jiwanarajyapratistha. Setelah naik takhta Majapahit,
gelar Bhre Kahuripan kembali dijabat ibunya, yaitu Tribhuwana
Tunggadewi.Sepeninggal Tribhuwana Tunggadewi yang menjabat Bhre
Kahuripan adalah cucunya, yang bernama Surawardhani. Lalu digantikan
putranya, yaitu Ratnapangkaja.
Sepeninggal Ratnapangkaja, gelar Bhre Kahuripan disandang oleh keponakan
istrinya (Suhita) yang bernama Rajasawardhana. Ketika Rajasawardhana
menjadi raja Majapahit, gelar Bhre Kahuripan diwarisi putra sulungnya,
yang bernama Samarawijaya.
8. Kerajaan Kediri
Kerajaan Kadiri atau Kediri atau Panjalu, adalah sebuah kerajaan yang
terdapat di Jawa Timur antara tahun 1042-1222. Kerajaan ini berpusat di
kota Daha, yang terletak di sekitar Kota Kediri sekarang.
Latar belakang
Sesungguhnya kota Daha sudah ada sebelum Kerajaan Kadiri berdiri. Daha
merupakan singkatan dari Dahanapura, yang berarti kota api. Nama ini
terdapat dalam prasasti Pamwatan yang dikeluarkan Airlangga tahun 1042.
Hal ini sesuai dengan berita dalam Serat Calon Arang bahwa, saat akhir
pemerintahan Airlangga, pusat kerajaan sudah tidak lagi berada di
Kahuripan, melainkan pindah ke Daha.
Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah wilayah
kerajaannya karena kedua putranya bersaing memperebutkan takhta. Putra
yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu
yang berpusat di kota baru, yaitu Daha. Sedangkan putra yang bernama
Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur bernama Janggala yang
berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan.
Menurut Nagarakretagama, sebelum dibelah menjadi dua, nama kerajaan yang
dipimpin Airlangga sudah bernama Panjalu, yang berpusat di Daha. Jadi,
Kerajaan Janggala lahir sebagai pecahan dari Panjalu. Adapun Kahuripan
adalah nama kota lama yang sudah ditinggalkan Airlangga dan kemudian
menjadi ibu kota Janggala.
Pada mulanya, nama Panjalu atau Pangjalu memang lebih sering dipakai
dari pada nama Kadiri. Hal ini dapat dijumpai dalam prasasti-prasasti
yang diterbitkan oleh raja-raja Kadiri. Bahkan, nama Panjalu juga
dikenal sebagai Pu-chia-lung dalam kronik Cina berjudul Ling wai tai ta
(1178).
Nama "Kediri" atau "Kadiri" sendiri berasal dari kata Khadri yang
berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti pohon pacé atau mengkudu
(Morinda citrifolia). Batang kulit kayu pohon ini menghasilkan zat
perwarna ungu kecokelatan yang digunakan dalam pembuatan batik,
sementara buahnya dipercaya memiliki khasiat pengobatan tradisional.
Karya sastra yang telah ditulis
Seni sastra mendapat banyak perhatian pada zaman Kerajaan
Panjalu-Kadiri. Pada tahun 1157 Kakawin Bharatayuddha ditulis oleh Mpu
Sedah dan diselesaikan Mpu Panuluh. Kitab ini bersumber dari Mahabharata
yang berisi kemenangan Pandawa atas Korawa, sebagai kiasan kemenangan
Sri Jayabhaya atas Janggala.
Selain itu, Mpu Panuluh juga menulis Kakawin Hariwangsa dan
Ghatotkachasraya. Terdapat pula pujangga zaman pemerintahan Sri
Kameswara bernama Mpu Dharmaja yang menulis Kakawin Smaradahana.
Kemudian pada zaman pemerintahan Kertajaya terdapat pujangga bernama Mpu
Monaguna yang menulis Sumanasantaka dan Mpu Triguna yang menulis
Kresnayana.
9. Kerajaan Singasari
Kerajaan Singhasari atau sering pula ditulis Singasari atau Singosari,
adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada
tahun 1222. Lokasi kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di daerah
Singosari, Malang.
Awal berdiri
Menurut Pararaton, Tumapel semula hanya sebuah daerah bawahan Kerajaan
Kadiri. Yang menjabat sebagai akuwu (setara camat) Tumapel saat itu
adalah Tunggul Ametung. Ia mati dibunuh dengan cara tipu muslihat oleh
pengawalnya sendiri yang bernama Ken Arok, yang kemudian menjadi akuwu
baru. Ken Arok juga yang mengawini istri Tunggul Ametung yang bernama
Ken Dedes. Ken Arok kemudian berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan
Kerajaan Kadiri.
Pada tahun 1254 terjadi perseteruan antara Kertajaya raja Kerajaan
Kadiri melawan kaum brahmana. Para brahmana lalu menggabungkan diri
dengan Ken Arok yang mengangkat dirinya menjadi raja pertama Tumapel
bergelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi. Perang melawan Kerajaan Kadiri
meletus di desa Ganter yang dimenangkan oleh pihak Tumapel.
Nagarakretagama juga menyebut tahun yang sama untuk pendirian Kerajaan
Tumapel, namun tidak menyebutkan adanya nama Ken Arok. Dalam naskah itu,
pendiri kerajaan Tumapel bernama Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra
yang berhasil mengalahkan Kertajaya raja Kerajaan Kadiri.
Prasasti Mula Malurung atas nama Kertanagara tahun 1255, menyebutkan
kalau pendiri Kerajaan Tumapel adalah Bhatara Siwa. Mungkin nama ini
adalah gelar anumerta dari Ranggah Rajasa, karena dalam Nagarakretagama
arwah pendiri kerajaan Tumapel tersebut dipuja sebagai Siwa. Selain itu,
Pararaton juga menyebutkan bahwa, sebelum maju perang melawan Kerajaan
Kadiri, Ken Arok lebih dulu menggunakan julukan Bhatara Siwa.
Prasasti Mula Malurung
Mandala Amoghapāśa dari masa Singhasari (abad ke-13), perunggu, 22.5 x
14 cm. Koleksi Museum für Indische Kunst, Berlin-Dahlem, Jerman.
Penemuan prasasti Mula Malurung memberikan pandangan lain yang berbeda
dengan versi Pararaton yang selama ini dikenal mengenai sejarah Tumapel.
Kerajaan Tumapel disebutkan didirikan oleh Rajasa yang dijuluki "Bhatara
Siwa", setelah menaklukkan Kerajaan Kadiri. Sepeninggalnya, kerajaan
terpecah menjadi dua, Tumapel dipimpin Anusapati sedangkan Kerajaan
Kadiri dipimpin Bhatara Parameswara (alias Mahisa Wonga Teleng).
Parameswara digantikan oleh Guningbhaya, kemudian Tohjaya. Sementara
itu, Anusapati digantikan oleh Seminingrat yang bergelar Wisnuwardhana.
Prasasti Mula Malurung juga menyebutkan bahwa sepeninggal Tohjaya,
Kerajaan Tumapel dan Kerajaan Kadiri dipersatukan kembali oleh
Seminingrat. Kerajaan Kadiri kemudian menjadi kerajaan bawahan yang
dipimpin oleh putranya, yaitu Kertanagara
10. Kerajaan Majapahit
Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia,
yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini
mencapai puncak kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai
wilayah yang luas di Nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang
berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389.
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai
Nusantara dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam
sejarah Indonesia. Menurut Negarakertagama, kekuasaannya terbentang di
Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia timur,
meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.
Historiografi
Hanya terdapat sedikit bukti fisik dari sisa-sisa Kerajaan Majapahit,dan
sejarahnya tidak jelas.Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan
adalah Pararaton ('Kitab Raja-raja') dalam bahasa Kawi dan
Nagarakretagama dalam bahasa Jawa Kuno.Pararaton terutama menceritakan
Ken Arok (pendiri Kerajaan Singhasari) namun juga memuat beberapa bagian
pendek mengenai terbentuknya Majapahit. Sementara itu, Nagarakertagama
merupakan puisi Jawa Kuno yang ditulis pada masa keemasan Majapahit di
bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Kakawin Nagarakretagama pada tahun 2008
diakui sebagai bagian dalam Daftar Ingatan Dunia (Memory of the World
Programme) oleh UNESCO. Setelah masa itu, hal yang terjadi tidaklah
jelas.[9] Selain itu, terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Kuno
maupun catatan sejarah dari Tiongkok dan negara-negara lain.
Keakuratan semua naskah berbahasa Jawa tersebut dipertentangkan. Tidak
dapat disangkal bahwa sumber-sumber itu memuat unsur non-historis dan
mitos. Beberapa sarjana seperti C.C. Berg menganggap semua naskah
tersebut bukan catatan masa lalu, tetapi memiliki arti supernatural
dalam hal dapat mengetahui masa depan.[10] Namun, banyak pula sarjana
yang beranggapan bahwa garis besar sumber-sumber tersebut dapat diterima
karena sejalan dengan catatan sejarah dari Tiongkok, khususnya daftar
penguasa dan keadaan kerajaan yang tampak cukup pasti.Tahun 2010
sekelompok pengusaha Jepang dipimpin Takajo Yoshiaki membiayai pembuatan
kapal Majapahit atau Spirit Majapahit yang akan berlayar ke Asia.
Menurut Takajo, hal ini dilakukan untuk mengenang kerjasama Majapahit
dan Kerajaan Jepang melawan Kerajaan China (Mongol) dalam perang di
Samudera Pasifik. Menurut Guru Besar Arkeologi Asia Tenggara National
University of Singapore John N. Miksic jangkauan kekuasaan Majapahit
meliputi Sumatera dan Singapura bahkan Thailand yang dibuktikan dengan
pengaruh kebudayaan, corak bangunan, candi, patung dan seni. Bahkan ada
perguruan silat bernama Kali Majapahit yang berasal dari Filipina dengan
anggotanya dari Asia dan Amerika. Silat Kali Majapahit ini mengklaim
berakar dari Kerajaan Majapahit kuno yang disebut menguasai Filipina,
Singapura, Malaysia dan Selatan Thailand.
Sejarah Berdirinya Majapahit
Sebelum berdirinya Majapahit, Singhasari telah menjadi kerajaan paling
kuat di Jawa. Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti
Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan yang bernama Meng Chike Singhasari
yang menuntut upeti. Kertanagara, penguasa kerajaan Singhasari yang
terakhir menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut
dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya. Kubilai Khan marah dan
lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293.
Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah menggulingkan dan
membunuh Kertanegara. Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan
pengampunan kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang
menyerahkan diri. Kemudian, Wiraraja mengirim utusan ke Daha, yang
membawa surat berisi pernyataan, Raden Wijaya menyerah dan ingin
mengabdi kepada Jayakatwang.Jawaban dari surat di atas disambut dengan
senang hati. Raden Wijaya kemudian diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan
itu dan membangun desa baru. Desa itu dinamai Majapahit, yang namanya
diambil dari buah maja, dan rasa "pahit" dari buah tersebut. Ketika
pasukan Mongol tiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol untuk
bertempur melawan Jayakatwang. Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang,
Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa
mereka menarik pulang kembali pasukannya secara kalang-kabut karena
mereka berada di negeri asing. Saat itu juga merupakan kesempatan
terakhir mereka untuk menangkap angin muson agar dapat pulang, atau
mereka terpaksa harus menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing.
Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan
Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu tanggal
15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang bertepatan dengan tanggal 10
November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa Jayawardhana.
Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang terpercaya Kertarajasa,
termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak melawannya, meskipun
pemberontakan tersebut tidak berhasil. Pemberontakan Ranggalawe ini
didukung oleh Panji Mahajaya, Ra Arya Sidi, Ra Jaran Waha, Ra Lintang,
Ra Tosan, Ra Gelatik, dan Ra Tati. Semua ini tersebut disebutkan dalam
Pararaton. Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih Halayudha lah yang
melakukan konspirasi untuk menjatuhkan semua orang tepercaya raja, agar
ia dapat mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah
kematian pemberontak terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara,
dan lalu dihukum mati. Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309.
Putra dan penerus Wijaya adalah Jayanegara. Pararaton menyebutnya Kala
Gemet, yang berarti "penjahat lemah". Kira-kira pada suatu waktu dalam
kurun pemerintahan Jayanegara, seorang pendeta Italia, Odorico da
Pordenone mengunjungi keraton Majapahit di Jawa. Pada tahun 1328,
Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri
Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan tetapi Rajapatni memilih
mengundurkan diri dari istana dan menjadi bhiksuni. Rajapatni menunjuk
anak perempuannya Tribhuwana Wijayatunggadewi untuk menjadi ratu
Majapahit. Pada tahun 1336, Tribhuwana menunjuk Gajah Mada sebagai
Mahapatih, pada saat pelantikannya Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa
yang menunjukkan rencananya untuk melebarkan kekuasaan Majapahit dan
membangun sebuah kemaharajaan. Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan
Majapahit berkembang menjadi lebih besar dan terkenal di kepulauan
Nusantara. Tribhuwana berkuasa di Majapahit sampai kematian ibunya pada
tahun 1350. Ia diteruskan oleh putranya, Hayam Wuruk.
0 komentar:
Posting Komentar